TRAVELNEWSEDITOR — JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Museum Internasional 2025, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan kembali komitmennya dalam menjadikan museum sebagai pilar infrastruktur kebudayaan nasional.
Hal ini disampaikan saat pembukaan seminar internasional “SEA Museum Collaboration: Innovating Museum Public Programs for a Rapidly Changing Society” yang diselenggarakan di Museum Nasional Indonesia.
SEA Museum Collaboration adalah sebuah forum regional yang mempertemukan pemangku kepentingan museum se-Asia Tenggara dalam rangka memperkuat kolaborasi, inovasi, dan relevansi museum di tengah tantangan dunia yang terus berubah.
Dalam sambutannya, Menbud Fadli Zon menyebutkan bahwa museum merupakan wadah aktif untuk pendidikan budaya, dialog kewargaan, dan pemahaman lintas generasi.
Untuk itu, diperlukan suatu kegiatan kolaborasi sebagai bagian dari komitmen bersama dalam memperkuat peran dan daya transformasi museum dalam masyarakat.
“Museum bukan hanya sebagai penjaga warisan, tetapi juga sebagai penggerak dialog, inklusi, dan pembangunan berkelanjutan di kawasan kita, sehingga kegiatan seperti SEA Museum Collaboration ini sangat penting sebagai komitmen kita bersama bagi transformasi museum,” ujarnya.
“Terlebih di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta disrupsi teknologi, krisis iklim, dan dunia digital yang mengubah kehidupan sehari-hari, museum menghadapi berbagai pertanyaan penting akan sejauh mana museum tetap relevan pada zaman kini,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, bagaimana cara museum membentuk masa depan bangsa, serta upaya museum untuk dapat berbicara dengan bermakna di tengah dunia digital seperti sekarang.
Ia juga menambahkan bahwa museum harus menjadi ekosistem pembelajaran yang membantu publik dalam menghadapi kompleksitas dan bukan hanya sebagai tempat penyimpanan statis.
Oleh sebab itu, ia menilai bahwa tema Hari Museum Internasional tahun ini yaitu “Inovasi Program Publik Museum untuk Masyarakat yang Terus Berubah” sangat penting dan strategis.
“Terdapat lebih dari 2.500 museum di kawasan Asia Tenggara yang sedang menghadapi tantangan bagaimana membuat program bagi publik yang inklusif dan menarik serta memastikan museum berkaitan bagi semua generasi, latar belakang, dan komunitas,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya, diperlukan solidaritas dan kolaborasi dari seluruh Museum di Asia Tenggara sebagai titik awal inisiatif regional jangka panjang.
SEA Museum Collaboration diikuti oleh perwakilan dari Sekretariat ASEAN, ICOM Indonesia, Indonesian Hidden Heritage Creative Hub, para kepala museum, profesional museum, dan pembicara dari berbagai negara ASEAN.
Hadir juga dalam pembukaan, Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kementerian Kebudayaan Endah T.D. Retnoastuti, Charge d’Affaires of Royal Thai Embassy to Indonesia Hathaichanok Riddhagni Frumau, Charge d’Affaires the Philippines Embassy to Indonesia Gonaranao B.Musor, serta Commercial Attache of Royal Embassy of Cambodia to Indonesia Rem Nhanh.
Hadir pula Third Secretary of Laos Embassy To Indonesia Chanthakhone Mangvilaita, Direktur United Nations Information Centre (UNIC) di Indonesia Miklos Gaspar, Anggota Senior ICOM KRT. Thomas Haryonagoro, Direktur Museum Anak Singapura Asmah Alias, serta Direktur Museum Negeri Pinang Malaysia Haryany Muhammad.
Selain itu, Perwakilan Museum Nasional Bangkok Suppawan Nongcut, Perwakilan Galeri Nasional Singapura Ong Zhen Min, dan Museum Nasional Filipina Jorell Marcos Legaspi juga menghadiri pembukaan seminar internasional tersebut.
First Secretary Kedutaan Besar Singapura Roystan Ang yang juga turut memberikan sambutan menyatakan bahwa forum ini sangat penting guna menjalin kolaborasi dan pertukaran ide.
“Kegiatan ini merupakan sebuah platform bagi museum-museum di seluruh kawasan untuk berkumpul, berdiskusi, bertukar ide dan perspektif. Saya yakin ini akan membawa manfaat bagi kita semua dalam menghadapi tantangan kompleks di bulan dan tahun-tahun mendatang,” ujarnya.
Lebih jauh, Menbud Fadli Zon menekankan bahwa museum harus tetap relevan juga bagi
generasi muda. Ia memaparkan data survei yang dilakukan oleh Badan Layanan Umum
Museum dan Cagar Budaya Indonesia tahun 2025, 70 persen pengunjung museum di Indonesia berusia 35 tahun, dengan kelompok terbesar 37 persen berusia 18 hingga 24 tahun.
Ia juga menilai museum memerlukan perubahan mendasar dalam merancang, mengkurasi, dan berkomunikasi kepada generasi muda agar memiliki ketertarikan lebih kepada museum. Tak hanya itu, Museum juga perlu memberdayakan komunitas dan dapat merespon isu-isu mendesak seperti kerusakan ekologi dan ketimpangan sosial.
Forum ini menjadi bagian dari peringatan Hari Museum Internasional 2015 dan merupakan inisiatif awal dari rangkaian kolaborasi tahunan antarmuseum Asia Tenggara.
Rangkaian kegiatannya mencakup seminar internasional, lokakarya praktis, serta pameran tematik bertajuk “Transformasi Lintas Masa, Lintas Dunia” yang dibuka secara langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Pameran tersebut menghadirkan narasi perjalanan museum sebagai institusi yang terus
bertransformasi, menyoroti peran regional dan global dalam merespons isu-isu kontemporer.
Kegiatan ini juga menjadi panggung bagi museum-museum Indonesia untuk memamerkan inovasi, pendekatan interaktif, dan keberhasilan menjangkau audiens yang lebih luas.
Menbud Fadli Zon berpesan bahwa museum adalah institusi yang juga harus berkembang.
“Museum bukan ruang pasif, tetapi sebuah institusi hidup yang harus berkembang bersama masyarakat yang dilayaninya. Mari kita melangkah bersama dan memastikan bahwa museum-museum se-ASEAN terus berinovasi, inklusif, dan berwawasan ke depan,” tuturnya.